Selasa, 07 Februari 2017

Tayammum 
Tayammum secara bahasa diartikan sebagai Al Qosdu (القَصْدُ) yang berarti maksud.
Sedangkan secara istilah dalam syari’at adalah sebuah peribadatan kepada Allah berupa mengusap wajah dan kedua tangan dengan menggunakan sho’id yang bersih.
Sho’id adalah seluruh permukaan bumi yang dapat digunakan untuk bertayammum baik yang terdapat tanah di atasnya ataupun tidak.
 Adapun dalil dari Al Qur’an adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla,
 
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ
“Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”.
(QS. Al Maidah [5]

Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering.
Hal ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu ‘anhu di atas dan secara khusus,

جُعِلَتِ الأَرْضُ كُلُّهَا لِى وَلأُمَّتِى مَسْجِداً وَطَهُوراً
“Dijadikan (permukaan, pent.) bumi seluruhnya bagiku (Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam) dan ummatku sebagai tempat untuk sujud dan sesuatu yang digunakan untuk bersuci”

Keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum :
  • Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar atau dalam perjalanan ataupun tidak
  • Terdapat air (dalam jumlah terbatas.) bersamaan dengan adanya kebutuhan lain yang memerlukan air tersebut semisal untuk minum dan memasak.
    • Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin lama sembuh dari sakit.
    • Ketidakmapuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat.
    • Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat menghangatkan air tersebut. 
    Image result for tata cara tayamum
     Tata cara melakukan tayamum :
    • Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali pukulan kemudian meniupnya.
    • Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
    • Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
    • Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali usapan saja.
    • Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan tangan saja atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu.
    • Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil.
    • Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.
      Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, 
    خَرَجَ رَجُلَانِ فِي سَفَرٍ ، فَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ – وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ – فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا ، فَصَلَّيَا ، ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ فِي الْوَقْتِ ، فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلَاةَ وَالْوُضُوءَ ، وَلَمْ يُعِدْ الْآخَرُ ، ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَا ذَلِكَ لَهُ ، فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يُعِدْ : أَصَبْت السُّنَّةَ وَأَجْزَأَتْك صَلَاتُك وَقَالَ لِلْآخَرِ : لَك الْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ

    Dua orang lelaki keluar untuk safar. Kemudian tibalah waktu shalat dan tidak ada air di sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan bumi yang suci lalu keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air sedangkan saat itu masih dalam waktu yang dibolehkan shalat yang telah mereka kerjakan tadi. Lalu salah seorang dari mereka berwudhu dan mengulangi shalat sedangkan yang lainnya tidak mengulangi shalatnya. Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka beliau shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan kepada orang yang tidak mengulang shalatnya, “Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan kamu telah mendapatkan pahala shalatmu”. Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya,  “Untukmu dua pahala
    Nikmat  yang Allah berikan untuk melakukan tayammum :
    Pertama, berupa diampuninya dosa-dosa
    Kedua, berupa hidayah kepada iman, sempurnanya agama (pendapat Ibnu Zaid rohimahullah)
    Ketiga, berupa keringanan untuk tayammum (pendapat Maqotil dan Sulaiman)
    Keempat, berupa penjelasan hukum syari’at (pendapat sebagian ahli tafsir)
      https://muslim.or.id

Kamis, 02 Februari 2017


Image result for tata cara shalat istisqa

Istisqa’ artinyaMeminta hujan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akibat kekeringan dan musim kemarau yang berkepanjangan
Disunnahkan melaksanakan shalat istisqa’ ketika terjadi kekeringan atau musim kemarau yang berkepanjangan yang mengakibatkan sumur dan sungai menjadi kering atau sebagainya. Dan disunnahkan dikerjakan pada saat matahari mulai beranjak naik setinggi satu anak panah, yaitu sepertiga jam setelah terbitnya matahari seperti waktu Shalat Id.Disunnahkan melaksanakan shalat istisqa’ di lapangan terbuka dan bukan di masjid seperti yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam,

 Tata Cara Shalat Istisqa’
  1. Shalat istisqa’ terdiri dari dua rakaat, tanpa adzan dan iqamah. Disunnahkan mengeraskan bacaan
  2. Pada rakaat pertama bertakbir tujuh kali setelah takbiratul ihram. Sedangkan pada rakaat kedua 
  3. jumlah takbirnya lima kali selain takbir ketika bangun dari sujud.
  4. Kedua tangan diangkat pada setiap takbir, sambil memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam antara setiap takbir.
  5. Setelah shalat imam disunnahkan menyampaikan khutbah di hadapan jamaah yang hadir, memperbanyak istighfar dan membaca Al-Qur’an serta doa-doa yang disebutkan dalam riwayat dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Doa dibaca sambil memperlihatkan pengharapan yang penuh dan ketundukan serta kebutuhan kepada Allah dengan mengangkat tangan setinggi mungkin.
  6. Dianjurkan bagi imam untuk menghadap ke kiblat lalu membalik selendangnya, dengan meletakkan yang semula di sebelah kanan ke sebelah kiri dan sebaliknya sembari tetap melantunkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
 
Sayyidatuna A’isyah ra bercerita: Gerhana matahari pernah terjadi di masa Rasululloh SAW kemudian beliau sholat bersama para sahabat. Beliau pun berdiri dengan lama, ruku’ dengan lama, berdiri lagi dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu ruku’ dengan lama namun lebih pendek dari yang pertama, lalu mengangkat kepala dan bersujud, dan melakukan sholat yang terakhir seperti itu, kemudian selesai dan matahari pun sudah muncul. (HR Bukhari, Muslim, Nasa’i, Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Para ulama sepakat bahwa sholat gerhana matahari dan bulan adalah sunnah dan dilakukan secara berjamaah. Berdasarkan redaksi hadits yang pertama di atas penamaan gerhana matahari dan bulan berbeda, sholat khusuf untuk gerhana bulan dan sholat kusuf untuk gerhana matahari. Imam Maliki dan Syafi’i berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidatuna A’isyah berpendapat bahwa sholat gerhana dengan dua roka’at dengan dua kali ruku’, berbeda dengan sholat Id dan Jum’at.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas juga terdapat penjelasan serupa, yakni sholat gerhana dikerjakan dua roka’at dengan dua kali ruku’, dan dijelaskan oleh Abu Umar bahwa hadits tersebut dinilai paling shahih. Maka dengan begitu keistimewaan shalat gernana dibanding dengan shalat sunnah sunnah lainnya terletak pada bilangan ruku’ pada setiap roka’atnya.
Apalagi dalam setiap ruku’ disunnahkan membaca tasbih berulang-ulang dan berlama-lama
. سُبْحَانِ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ 
Tasbih berarti gerak yang dinamis seperti ketika bulan berrotasi (berputar mengelilingi kutubnya) dan berevolusi (mengelilingi) bumi, bumi berotasi dan berevolusi mengelilingi matahari, atau ketika matahari berotasi dan berevolusi pada pusat galaksi Bimasakti. Namun pada saat terjadi gerhana, ada proses yang aneh dalam rotasi dan revolusi itu. Maka bertasbihlah! Maha Suci Allah, Yang Maha Agung! 
Adapun tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut:
1. Memastikan terjadinya gerhana bulan atau matahari terlebih dahulu.
 (Sebagai panduan lihat di rubrik IPTEK)
2. Shalat gerhana dilakukan saat gerhana sedang terjadi.
3. Sebelum sholat, jamaah dapat diingatkan dengan ungkapan, ”Ash-shalatu jaami’ah.”
4. Niat melakukan sholat gerhana matahari (kusufisy-syams) atau gerhana bulan (khusufil-qamar),menjadi imam atau ma’mum.
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ / لِخُسُوْفِ الْقَمَرِاِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّه تَعَالَى
5. Sholat gerhana dilakukan sebanyak dua rakaat.
6. Setiap rakaat terdiri dari dua kali ruku dan dua kali sujud.
7. Setelah rukuk pertama dari setiap rakaat membaca Al-Fatihah dan surat kembali
8. Pada rakaat pertama, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. 
Demikian pula pada rakaat kedua, bacaan surat pertama lebih panjang daripada surat kedua. 
Misalnya rakaat pertama membaca surat Yasin (36) dan ar-Rahman (55), lalu raka’at kedua membaca al-Waqiah (56) dan al-Mulk (78)
9. Setelah sholat disunahkan untuk berkhutbah. (nam) Sumber Website Resmi Nahdlatul Ulama

Semoga bermanfaat





 https://miandabi.wordpress.com